Thursday, October 3, 2019

thumbnail

Kasus Robot Gedek Hanyalah Konspirasi dan Tumbal Semata?

Tidak banyak orang yang tahu bahwa jika 2 dekade yang lalu pernah ada kasus pembunuhan berantai paling sadis di Indonesia yaitu kasus robot gedek. Bila kasus Zodiac Killer meninggalkan pesan tersembunyi untuk para korban dan penyidik, Siswanto alias robot gedek ini melakukan pembunuhan hanya demi kepuasan semata.

Kasus Robot Gedek


Tentunya warga Indonesia, khususnya di Jakarta, merasa cemas akan kejahatan yang dilakukan oleh Siswanto. Mengingat hampir semua korbannya merupakan anak – anak dan pelakunya dirumorkan bisa membaur dengan masyarakat.

Namun sejak muncul ke permukaan pada tahun 1996 silam, polisi akhirnya menangkap Siswanto dan menjeratnya dengan hukuman mati. Kematian robot gedek di tahun 2007 menjadi akhir kasus pembunuhan berantai ini.

Namun apakah Siswanto adalah pelaku pembunuhan yang sebenarnya? Sebab ada satu nama serupa yang muncul kepermukaan di tahun 2010 dengan kasus yang serupa yaitu Babe.

 Apakah ada hubungan babe dan robot gedek? Kita akan membahas konspirasi kasus robot gedek dalam artikel ini.

Kasus Pembunuhan Berantai Robot Gedek


Kasus robot gedek diawali pada tahun 1994, dimana ada banyak anak jalanan berjenis kelamin laki – laki yang meninggal dengan tanda bekas sayatan di perutnya.

Pelakunya adalah Siswanto, seorang pria yang juga hidup di jalanan dan terdampar di riuh rendahnya ibukota. Dari tahun 1994 hingga 1997, tercatat siswanto telah melakukan pembunuhan sebanyak 8 anak di Jakarta.

Semua korbannya memiliki bekas tindakan yang sama yaitu sayatan benda tajam di perut, bekas jeratan di leher, dan bekas terkena benda tumpul di bagian anus. Polisi memperkirakaan bahwa siswanto mensodomi korban sebelum membunuhnya.

8 korban dari pembunuhan robot gedek ditemukan di 2 tempat yang berbeda yaitu Pondok Kopi, Jakarta Timur dan Kemayoran, Jakarta Pusat. Yang membuat warga cemas adalah kebanyakan korban pembunuhan masih dalam kondisi mengenakan pakaian seragam sekolah.

Baca Juga: 4 Pembunuhan Ini Sangat Mengegerkan Dunia

Bahkan polisi sempat menyampaikan bahwa mereka belum menemukan titik terang dan justru menemukan jalan buntu. Sebab kasus robot gedek ini memiliki motif hampir mustahil untuk dipecahkan.

Padahal, Siswanto hanyalah seorang manusia biasa. Ia bukan seorang gangster yang suka bertarung, atau seorang preman yang penuh emosi. Ia malah berpenampilan seperti gelandangan yang hidup tanpa arah.

Nama “Robot Gedek” sendiri digunakan untuk mengilustrasikan fisik Siswanto. Tubuhnya kurus dan berpostur pendek. Selain itu, ia berjalan pincang dan kaku serta kepalanya teleng, miring, dan suka bergedek.

Titik terang dari kasus pembunuhan ini baru terlihat ketika korban terakhir dengan inisial K yang ditemukan oleh pihak kepolisian. Selain itu beberapa saksi juga memberikan keterangan yang mengarah ke Siswanto.

Akhir Kasus dan Kematian Robot Gedek


Berkat semua informasi dari para saksi, kepolisian akhirnya melakukan pencarian terhadap Siswanto. Ia ditemukan ketika berada di kampung halamannya di Batang, Jawa Tengah. Dilansir dari majalah Gatra, Siswanto diringkus ketika sedang mengemis di stasiun kereta api Tegal.

Baca Juga: Arsip Majalah Gatra, Waspada Pedofilia

Di tahun 1997, PN Jakarta Pusat menjatuhkan keputusan hukuman mati kepada Siswanto. Ia kemudian mendekam di LP Nusakambangan selama beberapa tahun.

Namun, pihaknya belum diberitahu tentang jadwal eksekusi mati yang akan dilakukan oleh pengadilan. Memang ketika keputusan hukuman mati diberikan pada Siswanto, ia sempat menolak dan berkata ‘Saya takut mati”.

Hal ini membuat Siswanto terbebani pikiran dan kesehatannya terus menurun. Ia juga sering mengeluh akan sakit di dada kirinya yang semakin menjadi – jadi.

Teman satu selnya juga pernah memberikan perawatan kepada Siswanto seperti mengurutnya. Namun semakin lama Siswanto semakin sesak nafas hingga harus dilarikan ke RSUD Cilacap dan dirawat secara intensif di Ruang Dahlia.

Namun takdir berkata lain, Siswanto meninggal pada tahun 2007 sebelum ia diberitakan tentang eksekusi matinya.

Kematian Siswanto tidak serta merta menjadi penutup kasus robot gedek. Tiga tahun setelah kematian robot gedek, Babe alias Baekuni ditangkap atas tuduhan kasus serupa yaitu pembunuhan berencana yang korbannya adalah anak belasan tahun.

Baca Juga: Babe Jalani Sidang Pertama

Hubungan Babe dan Siswanto Dibalik Konspirasi Robot Gedek


Tertangkapnya Baekuni di tahun 2010, mengingatkan kita semua pada kasus pembunuhan oleh siswanto yang terjadi lebih dari 2 dekade yang lalu. Apalagi, seorang ahli psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan, mengatakan bahwa babe dan siswanto saling kenal.

Selain karena keduanya sama – sama hidup di jalanan, babe ternyata juga pernah menjadi saksi dalam sidang kasus robot gedek.

Dalam persidangan yang dilakukan pada bulan Mei 1997 atas kasus pembunuhan ini, babe hadir sebagai satu dari 20 saksi yang dipanggil. Hanya saja, tidak ada orang yang sadar sebab babe menggunakan nama Sunarto pada saat itu.

Sunarto mengaku bahwa ia melihat Siswanto di Bandara Kemayoran yang sedang memotong pergelangan kaki dan tangan korbannya. Meskipun penasehat hukum Siswanto mengatakan bahwa keteranganya tidak cukup untuk membuktikan Siswanto bersalah, namun manjelis hakim mengganggap bahwa keterangan Sunarto sudah sesuai.

Sehingga banyak orang yang berpikir bahwa babe adalah otak yang sebenarnya dari kasus pembunuhan berantai ini.

Tetapi bukan hanya itu saja, ada banyak hal yang membuat kasus pembunuhan berantai oleh Siswanto dan babe adalah kasus yang saling berkaitan.

Kaitan lainnya adalah motif babe yang sama – sama melakukan pembunuhan demi memuaskan hasrat semata. Cara babe menghabisi korbannya cukup serupa. Ia menjerat leher korban terlebih dahulu dengan tali kemudian menyetubuhi korban yang sudah meninggal.

Selain itu terdapat kejanggalan dalam kasus robot gedek. Penasihat hukumnya yaitu Febry Irmansyah, meragukan bahwa Siswanto bisa membunuh orang. Selain dari fisiknya yang kurus dan kecil, Siswanto juga memiliki gangguan kejiwaan. Ia bahkan bersaksi pada pengadilan bahwa ia seakan dalam bayang – bayang ketika sedang menghabisi korban. Tuturnya, yang ia rasakan adalah sedang membunuh seekor ayam.

Meskipun Boy Rafli Amar, Kabid Humas Polda Metro Jaya yang bertugas pada saat itu, menyangkal keterkaitan antara babe dan Siswanto, namun opini public mengenai babe yang menjadikan Siswanto sebagai tumbal terus bertambah.

Baca Juga: Polisi Tolak Kaitkan Robot Gedek Dengan Babe

Kasus robot gedek mungkin sudah di tutup dan kedua pelaku sudah diadili sebagaimana hukum yang berlaku di Indonesia. Namun konpirasi robot gedek dan babe akan terus menjadi misteri hingga ada orang yang jujur dan mengungkapkan kebenarannya.

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments