Sunday, December 13, 2020

thumbnail

Single & Happy, atau Ga Bisa Bersosialisasi??? #30Dayswritingchallenge

Masuk di hari ke 6 #30dayswrittingchallenge. Hari ini topiknya itu "Single & Happy", sendirian tapi bahagia? Emangnya bisa? Manusia kan makhluk sosial?

Kalo dari frasa "single & happy", kayannya maksud awal topik hari ke 6 ini ngebahas orang yang bisa tetep seneng walaupun ga punya pasangan. Gimana caranya kita bisa hidup "normal" tanpa harus punya pasangan hidup. Tapi kalo itu udah jelas bisa lah ya...

Udah banyak juga yang ngebuktiin kalo ada orang-orang yang bisa tahan hidup tanpa pasangan. Bahkan banyak filsafat yang ga nikah sampai meninggal, kaya Plato atau Immanuel Kant; Walaupun ga tau juga hidupnya bisa dianggap "happy" atau engga.


Tapi yang bakal dibahas tentang "Single & Happy" di sini bukan dari sisi pasangan. Karna entah kenapa, waktu pertama kali baca topik hari ke 6 ini, yang pertama kali kepikiran itu tentang hidup sendirian secara sosial dan tetep bahagia. Makanya, emangnya bisa?


Bisa Ga, Hidup Tanpa Harus Bersosialisasi?

Jujur aja, saya ini bisa jadi contoh orang yang ga bisa bersosialisasi. Bukannya anti sosial, sociopath, atau istilah-istilah buat orang yang ga mau bersosialisasi, tapi cuma ga bisa aja. Walaupun kalo buat kasus dialamin sekarang ini, kemungkinan besar faktornya gara-gara jarang keluar rumah & ga ngikutin tren yang lagi happening.

Walaupun emang pada dasarnya, manusia itu makhluk sosial yang ga bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Mau suka atau engga, mau bisa atau engga, sedikit ataupun banyak, pasti kita bakal butuh bantuan orang lain.

Tapi apa iya, kita harus maksa diri ikutin tren-tren lebay demi bisa bersosialisasi? Apa iya kita harus maksa diri buat nonton, ngikutin, atau ikutan post apa yang ga kita suka demi bisa dibantuin orang lain ke depannya?

Karna kalo dari kebanyakan yang terjadi sekarang, orang-orang bisa kenalan, ngobrol, sampe jadi temen kalo punya satu kesukaan yang sama. 

Bahkan anak murid yang setiap hari selama 3 tahun ketemu sama murid sekelas pun masih bisa ga bersosialisasi kalo ga punya kesukaan yang sama; kalo dia "ngelawan arus".

Waktu kebanyakan murid sekelasnya main Tik Tok, mungkin dia cuma sendirian yang cuma make Facebook. Waktu semua temennya nonton anime & drakor, mungkin cuma dia sendirian yang nontonnya film biografi atau film yang ga terkenal.

Kalo kasusnya kaya gitu, artinya dia kan ga punya temen in real life. Mungkin karna adanya kecanggihan teknologi kaya sekarang, dia masih bisa nemu temen ngobrol di Facebook atau medsos lainnya yang punya hobi sama. 

Tapi apa itu udah bisa disebut bersosialisasi? Apa waktu dia lagi susah temen-temen online-nya bisa kasih bantuan?

Walaupun sebenernya ini cuma analogi yaa....

Tapi kasus yang sama juga bisa kejadian di lingkungan yang berbeda. Bisa itu kantor, rumah, tetangga, bahkan keluarga.

Hidup Sendirian ala Pengrajin Tembikar

Sekarang kita masuk ke bagian nerdy & ngawur wkwk

Jadi hari ini, saya baru aja selesai baca manga Samurai X dari awal. Walaupun yang dibaca cuma dari Volume 18'an sampe tamat. Tapi ada 1 hal yang mungkin cocok buat di bahas tentang hidup "Single & Happy".

Jadi guru pedangnya Kenshin, Hiko Seijuro, itu hidup jadi pengrajin tembikar. Padahal kalo niat, kayanya dia bisa ngelakuin apa aja yang dia mau. Bahkan kalo mau kaya, dia bisa jadi militer atau tentara bayaran.

Tapi waktu ditanya kenapa milih jadi pengrajin tembikar & make nama samaran selama hidupnya di Kyoto, dia bilang bahwa dengan jadi pottery dia bisa tetep dapet uang tanpa harus bersosialisasi sama orang lain.

Ga perlu ketemu bos setiap hari, ga perlu ketemu temen, ga perlu maksa diri buat ikutin tren yang lagi naek, cukup ketemu sama pedagang tembikar tempat dia ngejual hasil keramiknya.

Apa hidupnya "Happy"? Bisa jadi, atau mungkin dia ignorance ajj wkwk
Apa dia harus bersosialiasi? Kayanya engga. Buktinya ga ada yang kenal Hiko Seijuro di cerita itu. Dia juga ga nikah & ga punya temen.

Apa hidup "Single & Happy" kaya gitu bisa beneran bisa dilakuin di dunia nyata? Hmmmm..... Kita bahas di bagian berikutnya.

Apa Bisa Hidup "Single and Happy" Tanpa Bersosialisasi?


Jadi, apa bisa kita hidup tanpa bersosialisasi kay Hiko Seijuro? Kemungkinan besar engga. 
Hidup kaya Hiko Seijuro mungkin kayanya enak. Tapi itu cuma cerita fiktif. Yang ada kita mesti hidup di tengah hutan kalo mau kaya gitu.

Tapi dengan adanya kecanggihan teknologi kaya sekarang, kayanya ga akan ada yang betah hidup bertahun-tahun di tengah hutan sendirian kalo bukan gara-gara terpaksa. 

Dan sekali lagi, manusia itu makhluk sosial. Kayaknya mustahil kalo kita bisa bertahan hidup tanpa bergantung ke orang sama sekali. Bahkan makhluk primitif aja hidupnya berkelompok.

Sekarang masalahnya adalah, gimana cara kita bakal bersosialisasi? 

Kalau ga mau harus ngikutin arus "mainstream", satu-satunya cara adalah cari orang yang punya jalan pikir sama, kesukaan yang sama dan hobi yang sama dengan apa yang kita suka. Tapi cara ini pasti bakal susah banget.

Pilihannya adalah, tetep mempertahankan idealisme dengan engga maksa ngikutin tren lebay demi punya temen atau jadi orang yang realitstis.

Penutup

Jujur aja nulis artikel tentang "Single and Happy" ini bikin saya bingung, sedih, pusing, takut. Soalnya sendirian itu ga enak. Harus maksa buat ngikutin yang ga disuka juga nyiksa. Jadi kita tutup ajj tulisannya sampe sini. 

Kalo kalian mau ikut #30Dayswritingchallenge, langsung aja nulis berdasarkan prompt di bawah.


Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments